MALAM NISHFU SYA'BAN
Malam Penuh Berkah
yang sering di-Bid'ah-kan
Gus Ahmad Rifai
Ada apa di Malam Nishfu Sya'ban ?
1. Terbukanya pintu Ijabah.
Baginda Nabi Muhammad saw bersabda :
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا. فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا. فَيَقُولُ: أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Jika malam Nishfu Sya'ban telah tiba, hidupkanlah malamnya dengan ibadah, hidupkan siangnya dengan berpuasa. Karena sesungguhnya ketika masuk malam Nishfu Sya'ban, (rahmat) Allah swt turun ke langit dunia. Ketika itu Allah swt berkata, "Adakah yang meminta ampun kepada-Ku, sehingga Aku mengampuninya. Adakah yang meminta rezeki kepada-Ku, sehingga Aku memberinya rezeki. Adakah yang sedang tertimpa musibah, sehingga Aku menyelamatkannya. Demikian Allah terus memberikan tawaran sampai terbitnya fajar. (HR. Ibnu Majah)
Sahabat Abdullah bin Umar ra. mengatakan :
إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ: فِيْ لَيْلَةِ الجْـُمُعَةِ ، ولَيْلَةِ الأَضْحَى، ولَيْلَةِ الفِطْرِ، وأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، ولَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Sesungguhnya doa akan dikabulkan di lima malam, yaitu: malam Jum’at, malam Hari Raya Idul Adha, malam Idul Fitri, Malam awal di Bulan Rajab dan malam Nishfu Sya'ban.
(Hal serupa juga dikatakan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm juz 1 hal 231 dan Sunanul Kubra Al Baihaqi, juz 5 hal. 110)
2. Terbukanya pintu ampunan.
Baginda Nabi Muhammad saw. bersabda :
إنَّ الله ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ إلى السَّماءِ الدُّنْيا فَيَغْفِرُ لأكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعرِ غَنَمِ كَلْبٍ
Sesungguhnya (ampunan) Allah SWT turun dimalam Nishfu Sya'ban hingga ke langit dunia. (Ia) memberikan ampunan sebanyak bulu domba yang dimiliki oleh suku Kalb. (HR. Tirmidzi Dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat yang lain,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلىَ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلاَّ لاِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ . أخرجه أحمد
“Dari Abdullah bin 'Amr, dari Rasululloh SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yang tidak diampuninya, yaitu orang yang bermusuhan dan pembunuh orang.” (HR. Ahmad 2/176)
Dalam riwayat yang lain,
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ . أخرجه ابن حبان في صحيحه والطبراني، وأبو نعيم في الحلية.
“Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Hibban 12/481, Thobroni 20/109)
Bahkan Ustad Nashiruddin al-Albani (Ustadz yang sering dijadikan rujukan oleh teman2 kita salafi, beliau wafat tahun 1999 Masehi) menilai hadits tersebut sebagai shohih sebagaimana beliau tulis dalam Silsilah al-Ahadits al-Shohihah 1144.
3. Malam Nishfu Sya'ban menurut sebagian Ulama adalah malam dapat dirubahnya takdir manusia.
Dalam Tafsir Baghowi, ketika menjelaskan Quran Surat Ad Dukhon ayat 1-5, beliau menyebutkan :
وَقَالَ عِكْرِمَةُ : هِيَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُبْرَمُ فِيهَا أَمْرُ السَّنَةِ وَتُنْسَخُ الْأَحْيَاءُ مِنَ الْأَمْوَاتِ فَلَا يُزَادُ فِيهِمْ أَحَدٌ وَلَا يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَحَدٌ .
Sayyidina Ikrimah mengatakan, "Sesungguhnya malam yang diberkati tersebut adalah malam Nishfu Sya'ban. Pada malam tersebut ditetapkanlah urusan manusia setahun dan di malam tersebut orang yang hidup (dapat) di hapus (daftarnya) dari daftar orang yang meninggal. Kemudian (setelah malam itu) tidaklah ditambah seorangpun didalamnya dan tidak dikurangi seorangpun di dalamnya.
Yuk lihat pendapat Ibnu Taimiyah (Ustadz yang sering dijadikan rujukan oleh teman2 kita salafi). Beliau mengatakan :
وَقَدْ سُئِلَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ صَلاَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَأَجَابَ : إِذَا صَلَّى اْلإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِيْ جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنَ السَّلَفِ فَهُوَ حَسَنٌ. وَقَالَ فِيْ مَوْضِعٍ آخَرَ : وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ فَقَدْ رُوِيَ فِيْ فَضْلِهَا أَحَادِيْثُ وَآَثاَرٌ وَنُقِلَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنَ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوْا يُصَلُّوْنَ فِيْهَا فَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِيْهَا وَحْدَهُ قَدْ تَقَدَّمَهُ فِيْهِ سَلَفٌ وَلَهُ فِيْهِ حُجَّةٌ فَلَا يُنْكَرُ مِثْلُ هَذَا.
“Ibnu Taimiyah ditanya tentang sholat malam Nishfu Sya’ban, maka ia menjawab: “Apabila seseorang menunaikan shalat pada malam Nishfu Sya’ban, sendirian atau bersama jamaah tertentu sebagaimana dikerjakan oleh banyak kelompok kaum salaf, maka hal itu baik.” Di tempat lain, Ibnu Taimiyah juga berkata: “Adapun malam Nishfu Sya’ban, telah diriwayatkan banyak hadits dan atsar tentang keutamaannya dan telah dikutip dari sekelompok kaum salaf bahwa mereka menunaikan shalat pada malam itu. Jadi shalat yang dilakukan oleh seseorang sendirinya pada malam tersebut, telah dilakukan sebelumnya oleh kaum salaf dan ia mempunyai hujjah, oleh karena itu hal seperti ini tidak boleh diingkari.” (Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah [3/131-132].
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, salah seorang murid Ibnu Taimiyah, mengatakan :
وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ التَّابِعُوْنَ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ يُعَظِّمُوْنَهَا وَيَجْتَهِدُوْنَ فِيْهَا فِي الْعِبَادَةِ، وَكَانَ خَالِدُ بْنِ مَعْدَانَ وَلُقْمَانُ بْنِ عَامِرٍ وَغَيْرُهُمَا مِنْ تَابِعِي الشَّامِ يَقُوْمُوْنَ فِي الْمَسْجِدِ لَيْلَةَ النِّصْفِ، وَوَافَقَهُمُ اْلإِمَامُ إِسْحَاقُ ابْنُ رَاَهَوْيه عَلىَ ذَلِكَ، وَقَالَ فِيْ قِيَامِهَا فِي الْمَسَاجِدِ جَمَاعَةً : لَيْسَ ذَلِكَ بِبِدْعَةٍ
“Malam Nishfu Sya’ban, Ulama Tabi’in dari penduduk Syam mengagungkannya dan bersungguh-sungguh menunaikan ibadah pada malam tersebut. Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lain-lain dari kalangan tabi’in Syam mendirikan shalat di dalam Masjid pada malam Nishfu Sya’ban. Perbuatan mereka disetujui oleh al-Imam Ishaq Ibnu Rahawaih. Ibnu Rahawaih berkata mengenai shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban di Masjid-masjid secara berjamaah: “Hal tersebut tidak termasuk bid’ah.” (al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, dalam Kitab Lathoif al-Ma’arif hal 263)
"Tapi kok itu baca Yasin 3x ?"
Hloh kan tadi barusan udah dijelasin, amalan apapun bebas.. hehe...
Tentang Surat Yasin, sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnu Katsir
ان من خصائص هذه السورة أنها لا تقرأ عند أمر عسير إلا يسره الله تعالى
Sesungguhnya dari kekhususan surat (Yasin) ini, bahwa sesungguhnya tidak mungkin Surat ini dibaca dalam perkara yang sulit kecuali pasti Allah mempermudahnya. (Tafsir Ibnu Katsir 3/742)
Bacaan Yasin 3x, yang masing2 diniatkan untuk panjang umur dalam kesehatan dan ketaatan, rezeki yang banyak dan berkah, serta meminta meninggal dalam keadaan husnul khotimah juga bukan merupakan sebuah kesalahan. Bahkan hal tersebut merupakan sebuah kesunnahan sebagaimana dalam Hadits Shohih Bukhori tentang 3 orang yang terjebak didalam gua yang masing2 berdoa dengan bertawassul menggunakan amal sholeh.
BuyaSoni Media 📽️
FB, Youtube : Buya Soni
IG : @buyasoni @daarulhidayah
Telegram : Buya Soni Official
Website : www.daarulhidayah.com
========= ❁❁❁❁ =========
📚 WA Grup Buya Soni
☏ 0853-2335-5549
📰 Diizinkan untuk di sebarluaskan