Dalam urutan bulan, Sya’ban menjadi urutan ke-8 terletak diantara 2 bulan yang agung, yaitu Bulan Rajab dan Bulan Ramadhan. Sya’ban tidak termasuk kedalam asyhurul hurum (bulan-bulan yang dimuliakan langsung oleh Allah), tapi toh demikian, Sya’ban termasuk bulan yang didalamnya terdapat keagungan yang luar biasa. Saya akan menyimpulkan beberapa keutamaan sya’ban yang saya nukil dari kitab “Má dzâ fî Sya’bân” karangan as Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani.
Asal Usul Penamaan Sya’ban وسمي شعبان لأنه يتشعب منه خير كثير، وقيل معناه شاع بان، وقيل مشتق من الشِعب (بكسر الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير، وقيل من الشَعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك “Bulan ini dinamai dengan sebutan Sya‘ban karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini. Sebagian ulama mengatakan, Sya‘ban berasal dari Syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan. Menurut ulama lainnya, Sya‘ban berasal dari kata As-syi‘bu (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan. Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, bahwa Sya‘ban berasal dari kata As-sya‘bu (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah bermakna ‘menambal’ di mana Allah menambal dan menutupi kegundahan hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban. Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya”. Dari segi makna nama saja, para Ulama’ menjelaskan bahwa Sya’ban memiliki makna yang sangat indah. Didalamnya terdapat berbagai kemuliaan dari Allah jalla jalâluh.
Perubahan arah qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah al Musyarrofah Pada awalnya, arah qiblat seluruh umat Islam adalah Baitul Maqdis yang ada di Palestina mengikuti arah qiblat dari para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Pada diri Nabi Muhammad SAW terdapat keinginan yang kuat agar arah qiblat menghadap kepada Ka’bah, sehingga beliau selalu memohon kepada Allah SWT agar sekiranya Dia berkenan merubah arah qiblat sesuai permintaan Nabi SAW. Turunlah firman Allah SWT قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS. Al Baqoroh:144) Ayat ini turun ketika Nabi SAW sedang sholat. Maka ditengah sholat, Nabi SAW merubah arah qiblatnya. Tempat tersebut kemudian diabadikan menjadi Masjid Qiblatain (dua qiblat). Kejadian ini terjadi di Bulan Sya’ban.
Bulan dilaporkannya amal manusia secara tahunan. Amal manusia ada kalanya dilaporkan dalam periode harian (di waktu pagi, sore hari, serta saat tergelincirnya matahari), mingguan (hari Senin dan Kamis), maupun tahunan. Dalam periode tahunan, tutup buku amal manusia dilaporkan di Bulan Sya’ban. Baginda Nabi saw bersabda ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَب وَرَمَضَان، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعُ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ Bulan tersebut (Sya’ban) adalah bulan yang sering dilupakan oleh orang, terletak antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan dimana amal manusia dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Dan Aku (Rasulullah) menyukai jika amalku dilaporkan dalam keadaan aku sedang berpuasa. (HR. Ahmad dan Nasai)
Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW Dari Anas bin Malik ra., bahwa Nabi SAW bersabda, رَجَب شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَان شَهْرِيْ وَرَمَضَان شَهْرُ أُمَّتِيْ Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Romadhon adalah bulan umatku. (HR. Ad Dailami, disebutkan pula oleh Al Hafidz As Suyuthi dalam al Jâmi’ as Shoghîr) Sya’ban adalah bulannya Rosulullah SAW. Bagaimana cara kita membahagiakan beliau di bulan ini ? Yaitu dengan cara memperbanyak membaca sholawat kepadanya. Terlebih, Ibnu Hajar al Asyqolani mengatakan إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab : 56) Ayat mengenai perintah sholawat ini diturunkan oleh Allah SWT di Bulan Sya’ban.
Membaca Al Quran Termasuk kebiasaan para Sahabat dan Ulama adalah memperbanyak membaca Al Quran di Bulan Sya’ban. Al Hafidz Ibnu Rojab al Hambaliy berkata, telah sampai riwayat kepadaku bahwa Sayyidina Anas bin Malik mengatakan, كان المسلمون إذا دخل شعبان، انكبوا على المصاحف فقرأوها Apabila masuk di bulan Sya’ban, maka umat Islam akan menyibukkan diri dengan mushaf Al Quran dan membacanya. (Mâdzâ fî Sya’bân hal 44) Al Hasan bin Sahl meriwayatkan, قال شعبان يارب جعلتني بين شهرين عظيمين، فما لي ؟ قال الله عز وجل جعلت فيك قراءة القرآن Bulan Sya’ban berkata, “Ya Allah, Engkau meletakkanku berada diantara 2 bulan yang mulia (Rajab dan Ramadhan), maka apa yang Engkau berikan kepadaku ? Allah SWT menjawab, aku menjadikan keutamaan membaca Al Quran ada padamu. (Lathôif al Ma’ârif hal 158)
al 158)Ziarah Kubur عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ “dari ‘Aisyah ra. ia berkata, “Suatu malam aku kehilangan Nabi SAW, aku pun mencarinya, dan ternyata Beliau berada (berziarah) di pemakaman Baqi’ menengadahkan kepalanya ke langit (seraya berdoa), beliau lalu bersabda: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau takut Allah dan Rasul-Nya akan mengurangi (haknya) atasmu?” ia menjawab, “Aku telah mengatakan tidak, hanya saja aku khawatir engkau mendatangi salah seorang dari isterimu.” Maka beliau pun bersabda: “Sesungguhnya pada pertengahan malam Sya’ban Allah turun ke langit dunia lalu mengampuni orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah bulu kambing. ” (Hadits Ibnu Majah Nomor 1379) Oleh karena itu, para Ulama’ dari Jawa menamai bulan Sya’ban dengan sebutan ruwah dengan tujuan mengingatkan masyarakat khususnya pada bulan Sya’ban untuk membahagiakan para arwah dengan cara menziarahi mereka.