SANTRI SUKSES?

Jika sampai ada santri, ngaji oke ditambah khidmah yo jalan. Komplit sudah. Dijamin pasti mendapat ke suksesan .Dengan syarat mau ngaji dan mau khidmah..

Jadi khidmah itu sangat penting

Bahkan jika diibaratkan sebuah mobil, khidmah itu mesin nya.

Ilmu itu body nya mobil.

Mobil yang bagus pasti mesinnya oke, dan bodynya ganteng.

Itu baru keren.

Jika diajak balapan ya ayo, diajak foto tidak memalukan. Komplit sudah itu.

Tapi jika mobil bodynya sudah busuk, sudah tidak ada bodynya sama sekali, tapi masih ada mesinnya, mesinnya masih bagus, minimal masih mobil tersebut masih bisa jalan. Diajak kemanapun masih bisa jalan. Begitupun sebaliknya, jika bodynyamanteb tapi mesinnya tidak ada, apa bisa dianggap mobil?

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Dulu ada seorang ulama, Waliyullah besar yaitu _Al Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthos_ (pengarang Rotib Al Atthos). Beliau memiliki pesantren besar di Hadramaut, Yaman. Santri di pesantren tersebut banyak, modelnya pun bermacam-macam. Ada santri yang ikut ngaji mengikuti beliau, ada pula santri yang kurang cerdas sehingga tugasnya membuat teh (yang terpenting adalah setiap beliau ngaji, teh tersedia, roti tersedia, kopi tersedia), ada santri yang ditugasi menata soundsystem, menggelar tikar, menyapu, maupun yang menyiapkan tempat.

Ada salah satu santri beliau bernama Ali Baros. Ali Baros ditugasi oleh Al Habib Umar untuk memijat beliau. Intinya setiap beliau belum berkata *“sudah”* maka pijatannya jangan sampai sudah *selesai*. Jadi di majelis beliau sudah ada porsinya masing-masing.

Sampai pada suatu hari, ketika beliau sedang mengajar, santrinya melaksanakan tugas pada porsinya masing-masing. Di tengah pengajarannya, beliau berkata, “Saat ini, di depan gerbang pesantren, *Nabi Khidir hadir*.” Seketika itu semua santri sangat ingin menyambut, bertemu, dan bersalaman dengan Nabi Khidir.

_(Di dalam aqidah kita, Nabi Khidir termasuk salah satu Nabi yang belum wafat sampai detik ini. Yang pertama adalah Nabi Isa yang nanti di hari kiamat akan turun di muka bumi untuk beriman, bersyahadat, dan ikut menjadi umat Nabi Muhammad SAW yang kemudian memimpin peperangan Islam untuk mengembalikan kejayaan Islam. Yang Kedua adalah Nabi Khidir. Pada umumnya orang tidak akan tahu bahwa seseorang tersebut adalah Nabi Khidir, karena Nabi Khidir biasanya menjelma/menyamar, yang paling sering adalah menyamar menjadi pengemis. Jadi hati-hati jika ada pengemis, jika kita memiliki sesuatu maka berilah pengemis tersebut, namun jika belum bisa memberi maka minimal jangan menghina atau menolak dengan cara yang halus)._

Seketika itu semua santri langsung berdiri dan menuju ke gerbang pesantren untuk mencari, bertemu, menyambut, dan meninggalkan majelis. Pertanyaannya apakah Habib Umar meminta santrinya untuk keluar ke gerbang pesantren untuk menyambut Nabi Khidir? Tidak.

Tapi ketika itu seluruh santri keluar, ada salah satu santri yang tetap pada tugasnya dan tidak meninggalkan tugasnya. Siapakah dia? Dia adalah Ali Baros.

Kemudian Habib Umar takjub dan bertanya,”Kenapa kamu tidak seperti teman-temanmu yang lain? Yang lain ingin segera menemui Nabi Khidir, tetapi kenapa kamu tidak?”

Kemudian Ali Baros menjawab, _”Mohon maaf Habib, tugas saya adalah memijat Habib dan Habib meminta bahwa jika Habib belum berkata sudah, maka saya juga tidak akan menyudahi memijat Habib. Dan mohon maaf Habib, kedudukan Habib yaitu *guru* saya, di hati saya itu jauh lebih *tinggi* daripada kedudukan Nabi Khidir yang *bukan siapa-siapa* saya._

Mendengar kata-kata muridnya seperti itu, Al Habib Umar berkata,” *Mulai detik ini, aku ridho kepadamu*. _Dan semua orang yang mengirimkan al fatihah kepadaku, semua orang yang mengirimkan bacaan rotibnya kepadaku, semua orang yang membaca rotibku kok tidak mengirimkan al fatihah kepadamu, menyebut namaku tapi tidak menyebut namamu, maka al fatihahnya tidak akan saya terima._ Masya Allah, luar biasa.

Jadi ternyata orang yang paling diridhoi oleh beliau, orang yang paling beliau cintai, santri yang masuk ke dalam hati beliau bukanlah santri yang paling pintar, bukan santri yang nilai ujiannya 100, melainkan santri yang bersedia khidmah kepada beliau, santri yang melaksanakan perintah beliau, sampai apapun yang terjadi santri tersebut tidak berpaling dari beliau.

Sehingga ketika kita membaca rotibalatthos tetapi kok tidak mengirimkan al fatihah kepada Syekh Ali Baros, maka bacaan rotib kita al fatihah kita tidak akan diterima oleh beliau.

Jadi, guru kok sampai menjamin muridnya untuk mulia bersamanya, itu karena khidmahnya santri kepada gurunya.

Gus Ahmad Rifai

di transkip oleh Tim Media Daarul Hidayah