Tiap pagi ketika kita kembali membuka mata, pernahkah kita menghitung seberapa banyak dan besar nikmat yang di berikan Allah untuk kita ?
Mata, ia bisa kembali melihat dibutuhkan otot untuk membuka kelopaknya. Dibutuhkan cahaya yang masuk melalui lensa mata. Dibutuhkan retina sebagai tempat jatuhnya bayangan. Dibutuhkan alis, bulu mata, dan kelopak untuk menghidarkannya dari kotoran. Dibutuhkan sambungan hingga ke otak untuk mentrasfer bayangan benda, dan ribuan langkah berikutnya. Satu saja tidak berfungsi, maka indra penglihatan kita akan rusak.
Itu baru mata saja. Belum yang lain-lainnya. Dalam hal ini, Allah ta’âlâ berfirman :
وَإِنْتَعُدُّوانِعْمَةَاللَّهِلَاتُحْصُوهَاإِنَّاللَّهَلَغَفُورٌرَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18)
Pertanyaan berikutnya adalah, “Bagaimana cara kita mensyukuri semua nikmat yang diberikan Allah kepada kita ?”
Apakah dengan memperbanyak mengucap Alhamdulillâh ?
Iya, salah satunya.
Yang jadi problem jika lisan mengucap hamdalah, tapi maksiat terus jalan.
Mengenai hal ini, Habib Umar bin Hafidz memberikan jawabannya
حقيقةالشكرصرفالعبدماأنعماللهعليهفيماخلقمنأجله
Hakekat syukur adalah mempergunakan segala nikmat sesuai dengan aturan Allah Sang Maha Pemberi Nikmat
Tingkatkan taat, kurangi maksiat !