Siapa Bilang Kirim Bacaan Al Quran ke Orang Mati Gak Sampai ?

Siapa Bilang Kirim Bacaan Al Quran ke Orang Mati Gak Sampai ?

Oleh Gus Ahmad Rifai

Ada beberapa gelintir orang yang berpendapat bahwa jika kita mengirim bacaan Al Quran kepada orang yang sudah wafat itu tidak sampai, bahkan secara ekstrim mereka katakan itu sebagai perbuatan yang mengada-ada, bid’ah dan dosa !

Huehehe alhamdulillâh, jadi ladang dakwah saya untuk menjawab.

Check this out ❗

  1. Biasanya ‘mereka’ menggunakan narasi “Lihatlah apakah ada haditsnya atau tidak ?”

Untuk itu, saya ajak untuk bersama-sama membuka hadits.

  • Hadits secara umum tentang dianjurkannya untuk bersedekah dan pahalanya dikirimkan kepada orang yang telah wafat.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِرَسُولِ اللهِ ص. إِنَّ أُمَّهُ تُوُفِّيَتْ أَيَنْفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَإِنَّ لِى مِخْرَافًا وَأُشْهِدُكَ أَنِّى قَدْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Rasullah Saw: “Wahai Rasul, ibu saya meninggal, apakah bisa bermanfaat jika saya bersedekah atas nama beliau?” Rasulullah Saw menjawab: “Ya.” Lelaki itu berkata: “Saya memiliki sebidang tanah, saksikanlah saya bersedekah atas nama ibu saya” (HR. Bukhori no. 2770)

  • Hadits yang menunjukkan bahwa yang bernilai sedekah itu bukan hanya ‘barang’ saja, tapi juga termasuk bacaan Al Quran.

عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ص.

قَالُوا للنَّبِيِّ ص. يَارَسُولَ الله ذَهَبَ أَهْلُ الدُّ ثُّورِ باْلأُجُوْرِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَ يَتَصَدَّ قُونَ بِفُضَولِ أَمْوَالِهِمْ قَالَ أَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً

“Dari Abu Dzar ra., ada beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, orang-orang yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi saw. menjawab, “Bukankah Allah Swt. telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah.” (HR. Muslim no. 1674)

  • Hadits secara khusus dimana Nabi Muhammad saw. menganjurkan untuk membaca Al Quran untuk dihadiahkan kepada orang yang sudah wafat.

حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلاَءِ بْنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ لِي أَبِي يَا بَنِيَّ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي فَقُلْ بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَقُوْلُ ذَلِكَ

“Dari Abdurrahman bin ‘Ala’ dari bapaknya, beliau berkata, “Ayahku berkata kepadaku : Jika aku mati, maka buatkan liang lahat untukku. Setelah engkau masukkan aku ke liang lahat, bacalah Bismillâh wa ‘alâ millati rosûlillâh. Kemudian ratakanlah tanah kubur perlahan, lalu bacalah di dekat kepalaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah bersabda demikian.” (HR al Thobroni dalam al Mu’jam al-Kabir no. 15833)

Al-Hafidz al-Haitsami berkata

وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُوْنَ (مجمع الزوائد ومنبعالفوائد للحافظ الهيثمي 3/66)

“Perawinya dinilai sebagai orang-orang terpercaya” (Majma’ al-Zawaid III/66)

Hadits dengan redaksi yang lain

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ (رواه الطبراني في الكبير رقم 13613 والبيهقي في الشعب رقم 9294 وتاريخ يحي بن معين 4 / 449)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Jika ada diantara kalian yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, (bahkan) segeralah dimakamkan. Dan hendaklah dibacakan pembuka al-Quran (Surat al-Fatihah) di dekat kepalanya dan penutup surat al-Baqarah didekat kakinya di (atas) kuburnya.” (HR al Thobroni dalam Al Mu’jam al-Kabir no. 13613, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman no. 9294)

Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis tersebut:

فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (فتح الباري لابن حجر 3 / 184)

Hadits tentang mempercepat mayit kekubur tersebut diriwayatkan oleh Imam Thobroni dengan sanad yang hasan (Fath al-Bari syarh shohih bukhori III/184)

  1. Biasanya ‘mereka’ juga menggunakan narasi untuk mengikuti ulama salaf.

Tapi lucunya, saya melihat sebuah meme di Instagram ‘mereka’ yang menulis tentang tidak bolehnya mengirimkan pahala bacaan Al Quran ke mayit, tapi perkataan tersebut dinisbahkan kepada Ustadz Abdul Aziz bin Baz. Hayo siapa yang tau beliau ?

Beliau merupakan salah seorang ustadz didalam Lajnah Daimah Saudi Arabia dan beliau meninggal tahun 2001 M. Apakah ulama salaf ? BUKAN BANGET. huehehe.

Ayo kita buka fatwa ulama salaf !

  • Imam Syafi’i (w. 204 H) beliau mengatakan,

وأحب لو قرئ عند القبر، ودعي للميت

Saya menyukai jika dibacakan al-Quran di kubur mayit, dan juga mendoakan mayit tersebut. (Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i, al-Umm 1/ 322).

Pendapat Imam Syafi’i ini juga dikuatkan oleh pernyataan Imam an Nawawi (w. 676 H) yang dijadikan sebagai pendapat mu’tamad (pendapat terkuat dalam madzhab Syafi’i), beliau mengatakan,

قال الشافعي رحمه الله: ويستحب أن يقرأ عنده شيء من القرآن، وإن ختموا القرآن عنده كان حسنا

Imam as-Syafi’i mengatakan, “disunnahkan membaca al-Qur’an kepada mayit. (Bahkan) Jika sampai khatam al-Qur’an, maka itu lebih baik. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi w. 676 H, Riyadh as-Shalihin hal. 295)

Syeikh Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Harun al-Khallal al-Baghdadi (w. 311 H) menukil pernyataan dari Hasan bin as Shobbah az Za’faroni (w. 260 H) yang beliau merupakan murid dari Imam Syafi’i sekaligus belaiu merupakan guru dari sekian banyak Muhaddits, seperti Imam al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Huzaimah sebagaimana disebutkan dalam kitab Imam ad-Dzahabi (w. 748) yang berjudul Siyar A’lam an-Nubala’ 12/ 262).

أخبرني روح بن الفرج، قال: سمعت الحسن بن الصباح الزعفراني، يقول: سألت الشافعي عن القراءة عند القبر فقال: لا بأس به

al-Hasan bin as-Shobbâh az-Za’farôni (w. 260 H) bertanya kepada Imam as-Syafi’i tentang membaca al-Qur’an di kuburan. Beliau menjawab: Iya, tidak apa-apa (Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Harun al-Khallal al-Baghdadi, al-Qiraah inda al-Qubur, hal. 89)

Pendapat serupa juga dapat kita temukan di kitab-kitab para Ulama Syafi’yyah seperti Syaikh al-Islam Zakaria Al-Anshari as-Syafi’i (w. 926 H) dalam kitab Fath al-Wahhâb 2/23 dan Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 Hl dalam kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro 2/ 27.

  • Imam Hambali (w. 241 H)

Abu Bakar Al-Marrudzi al-Hanbali (w. 275 H); salah seorang murid terdekat Imam Ahmad bin Hanbal pernah mendengar sendiri bahwa Imam Ahmad berkata:

قال المروذي: سمعت أحمد يقول: إذا دخلتم المقابر فاقرءوا بفاتحة الكتاب والمعوذتين، وقل هو الله أحد، واجعلوا ثواب ذلك إلى أهل المقابر؛ فإنه يصل إليهم، وكانت هكذا عادة الأنصار في التردد إلى موتاهم؛ يقرءون القرآن.

Saya (al-Marrudzi) pernah mendengar Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Jika kalian masuk ke kuburan, maka bacalah Surat al-Fatihah, al-Muawwidzatain dan al-Ikhlas. Lantas jadikanlah pahala bacaan itu untuk ahli kubur, maka hal itu akan sampai ke mereka. Dan inilah kebiasaan kaum Anshar ketika datang ke orang-orang yang telah wafat, mereka membaca al-Qur’an. (Musthofa bin Sa’ad al-Hanbali, Mathalib Ulin Nuha hal. 935).

  1. Biasanya lagi nih, ‘mereka’ akan mengarahkan kita untuk mengikuti pendapat ulama’ yang mereka banggakan, diantaranya Imam Ibnu Qudamah, Syekh Ibnu Taimiyah, Ibn Qoyyim Al Jauziyah, Ustadz Muhammad bin Shôlih Al ‘Utsaimin.

Lalu bagaimana sebenarnya pendapat mereka

  • Imam Ibnu Qudamah al Hanbali (w. 620 H)

ولنا، ما ذكرناه، وأنه إجماع المسلمين؛ فإنهم في كل عصر ومصر يجتمعون ويقرءون القرآن، ويهدون ثوابه إلى موتاهم من غير نكير

Ijma’ kaum muslimin menyatakan bahwa di tiap waktu dan di seluruh penjuru negeri, kaum muslimin berkumpul untuk membaca al-Qur’an. Lantas pahala bacaan al-Qur’an itu mereka hadiahkan kepada orang yang telah wafat, tanpa ada yang mengingkarinya. (Ibnu Qudamah al-Hanbali, al-Mughni, 2/423)

Lihat bagaimana Imam Ibnu Qudamah mengatakan bahwa menghadiahkan pahala membaca Al Quran merupakan IJMA’ kaum muslimin di zaman beliau.

  • Syekh Ibnu Taimiyah (w. 728 H)

وأما القراءة والصدقة وغيرهما من أعمال البر فلا نزاع بين علماء السنة والجماعة في وصول ثواب العبادات المالية كالصدقة والعتق كما يصل إليه أيضا الدعاء والاستغفار والصلاة عليه صلاة الجنازة والدعاء عند قبره. وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية: كالصوم والصلاة والقراءة. والصواب أن الجميع يصل إليه

Adapun bacaan Al-Quran, shodaqoh dan ibadah lainnya termasuk perbuatan yang baik dan tidak ada pertentangan dikalangan ulama ahli sunnah wal jamaah bahwa sampainya pahala ibadah maliyah (harta) seperti shodaqoh dan membebaskan budak. Begitu juga dengan doa, istighfar, sholat dan doa di kuburan. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentang sampai atau tidaknya pahala ibadah badaniyah seperti puasa, sholat dan bacaan. Pendapat yang benar adalah semua amal ibadah itu sampai kepada mayit. (Majmu’ Al-Fatawa 24/367)

  • Ibnu Qoyyim Al Jauziyah (w. 751 H).

For your information, beliau merupakan murid dari Syekh Ibnu Taimiyah

وأي فرق بين وصول ثواب الصوم الذي هو مجرد نية وإمساك بين وصول ثواب القراءة والذكر، والقائل أن أحدا من السلف لم يفعل ذلك قائل مالا علم له به

Apa bedanya sampainya pahala puasa dengan bacaan al-Qur’an dan dzikir. Orang yang mengatakan bahwa ulama salaf tak pernah melakukan hal itu, berarti orang itu tak ada ilmunya (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, ar-Ruh hal. 143)

  • Ustadz Muhammad bin Shôlih Al ‘Utsaimin (w. 1421 H)

القول الثاني: أنه ينتفع بذلك وأنه يجوز للإنسان أن يقرأ القرآن بنية أنه لفلان أو فلانة من المسلمين، سواء كان قريبا أو غير قريب. والراجح: القول الثاني لأنه ورد في جنس العبادات جواز صرفها للميت

Pendapat kedua, adalah mayyit bisa mendapat manfaat dari apa yang dikerjakan orang yang masih hidup. Hukumnya boleh, orang membaca al-Quran lantas berkata; “Saya niatkan pahala ini untuk fulan atau fulanah. Baik orang itu kerabat atau bukan. Ini adalah pendapat yang rajih. (Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasail 7/ 159)

Jadi gimana nih ?

Udah, ikut Ahlussunnah wal Jama’ah saja. Mari kita terus amalkan sunnah Nabi saw. dengan cara gemar membaca Al Quran dan tak lupa turut menghadiahkan pahalanya kepada kaum muslimin yang telah wafat, terutama keluarga dan handai taulan.

Mengikuti Al Quran dan Sunnah melalui pemahaman para Sahabat dan Ulama’ salaf, tentunya dengan sanad ilmu yang bersambung sampai saat ini kepada para Ulama, Habaib, dan Kyai.