Lihatlah Ember Berlubang itu
Oleh: Gus Ahmad Rifai
Di sebuah pojok pesantren, terdapat seorang santri yang termenung, tertunduk, sambil memandang wajahnya dikubangan air. Hal itu ia lakukan setelah menembus antrian untuk membaca hasil ujian pondok yang tertempel di papan pengumuman, ternyata hasilnya tidak lepas dari dugaan, “TIDAK LULUS” demi mengatasi kegundahannya, ia pun memberanikan diri sowan ke ndalem, menemui sang Kyai, dan bermaksut hendak berpamitan untuk boyong, karena bertahun-tahun ia mondok, bahkan untuk mendapat stempel lulus pun rasanya sulit. Sembari mengucapkan salam, ia menghadap kyainya, beliau pun tersenyum seakan sudah tau apa masalahnya. Sembari menunjuk sungai yang ada di belakang pesantren, sang kyai memerintahkan santrinya tersebut untuk mengisi bak mandi dikamar mandi ndalem menggunakan air sungai. Kyai pun menyuruh santri tsb untuk pergi kegudang, mengambil ember yang kotor karena lama tak terpakai, untuk mempermudahnya mengambil air. Sebagai santri, ia pun sami’na wa atho’na terhadap perintah Kyai. Setelah membuka gudang, betapa bingungnya ia, karena mendapati satu ember yang banyak lubang dibawahnya. Ia pikir, akan sia-sia jika mengambil air menggunakan ember berlubang seperti itu. Tapi ia pun membuang angan-angannya, dan segera bergegas melaksanakan perintah Kyai dengan menggunakan ember tersebut. ia isi penuh ember tersebut, lalu berlari menuju ndalem agar air tak habis diperjalanan, tapi apa daya, sekencang apapun larinya, tak ada yang tersisa begitu sampai di kamarmandi. Satu kali, dua kali, hingga belasan kali ia mencobanya, hingga rasa letih pun menghinggapi tubuhnya, ia pun kembali sowan dengan muka lesu.
“itulah jawabannya” kalimat yang disampaikan Kyai.Si santri pun kebingungan, tak paham apa yang dimaksud. karena yang ia tau, ia hanya diperintahkan untuk melakukan hal yang sia-sia, mengambil air dengan ember yang berlubang !
“tak ada yang sia-sia…” Sang Kyai melanjutkan.
“di gudang, kamu menemukan ember yang kotor, penuh debu, apa yang terjadi dengan embermu sekarang ?
kamu tidak berniat mencucinya, kamu tidak berniat membersihkannya, tapi sekarang menjadi bersih.
Itulah yang kamu tidak sadari, semua tak ada yang sia-sia”
“begitu juga dengan ngaji, walaupun kamu belum paham, walaupun kamu sulit mengerti, tetaplah ngaji, pasti manfaat, tak ada yang sia-sia”
si santri pun mengangguk dan tersenyum karena telah menemukan jawabannya.
semangatlah dan terus ngaji !