Lafadz Takbiran, 2x atau 3x ?

Oleh Buya Soni

Bismillâhwalhamdulillâhwassholâtuwassalâmu ‘alârosûlillâh

Menjelang masuknya hari Raya, Umat Islam disunnahkan untuk memperbanyak mengucapkan takbir. Bahkan sebagian ulama mengatakan dihari-hari tersebut, tidak ada dzikir yang lebih afdhol melebihi takbir.

Sebagaimana firman Allah SWT

وَلِتُكْمِلُواالْعِدَّةَوَلِتُكَبِّرُوااللَّهَعَلَىمَاهَدَاكُمْوَلَعَلَّكُمْتَشْكُرُونَ

“Dan hendaknya kalian sempurnakan bilangan Ramadhan dan hendaknya kalian bertakbir memahabesarkan Allah karena hidayah yang Allah anugrahkan kepada kalian dan supaya kalian bersyukur”. (QS. Al Baqoroh:185)

Syekh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (1/307) menerangkan bahwa para Ulama’ menggunakan dalil ini untuk menjelaskan disyariatkannya membaca takbir Hari Raya.

Juga terdapat firman Allah SWT yang lain sebagai dalil disyariatkannya takbir Hari Raya

وَيَذْكُرُوااسْمَاللَّهِفِيأَيَّامٍمَّعْلُومَاتٍ

“…supaya mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…”(QS. Al Hajj:28)

وَاذْكُرُوااللَّهَفِيأَيَّامٍمَّعْدُودَاتٍ

“….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (QS. Al Baqarah:203)

Ada beberapa poin penting yang harus dipahami, yaitu :

  1. Waktu melaksanakan Takbiran

Perincian ini kami ambil dari Pendapat Mu’tamad dalam Madzhab Imam Syafi’i, yaitu Imam Nawawi dalam Al Adzkar juga Imam Taqiyudin Al Husaini dalam Kifayatul Akhyar

  1. Idul Fitri

Untuk Idul Fitri, disunnahkan membaca dan memperbanyak takbir dari mulai masuknya tanggal 1 Syawal (waktu maghrib malam hari raya) hingga Sholat Idul Fitri.

Kesunnahan ini bukan hanya berlaku setiap sholat, tapi juga setiap saat dimanapun kita berada.

  1. Idul Adha

Untuk Idul Adha, terdapat 2 jenis takbir, yaitu Takbir Muqoyyad dan Takbir Mutlaq (biasa juga disebut Takbir Mursal)

– Takbir Muqoyyad, adalah Takbir yang sunnah dibaca hanya setelah sholat saja.

Kapan itu ? yaitu mulai Shubuh tanggal 9 dzulhijjah sampai Setelah Ashar tanggal 13 dzulhijjah

– Takbir Mutlaq, adalah Takbir yang sunnah dibaca kapanpun.

Kapan itu ? yaitu maghrib malam Hari Raya sampai Sholat Idul Adha.

2.Dibaca sendiri-sendiri / berjamaah ?

Takbiran Hari Raya merupakan salahsatu jenis dzikir. Dzikirsunnah diperbanyak baik sendiri-sendiri maupun berjamaah.

?Yuk kita simak fatwa Ulama Salaf, yaitu Imam Syafi’i (lahir 150 H) dalam Kitab beliau, Al Umm :

وأحبإظهارالتكبيرجماعةوفرادىفيليلةالفطروليلةالنحرمقيمينوسفراًفيمنازلهمومساجدهموأسواقهم

Aku menyukai untuk menampakkan takbir (hari raya) baik secara berjamaah maupun sendiri di malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha baik dakam keadaan muqim atau safar di rumah mereka, dimasjid mereka, dan dipasar mereka.

عَنْنَافِععَنْعَبْدِاللهِبْنِعُمَرأَنَّرَسُوْلَاللهِصلىاللهعليهوسلمكَانَيَخْرُجُفِيالْعِيْدَيْنِمَعَالْفَضْلِبْنِعَبَّاسوَعَبْدِاللهِوَالْعَبَّاسِوَعَلِيٍّوَجَعْفَروَالْحَسَنوَالْحُسَيْنوَاُسَامَةبْنِزَيْدٍوَزَيْدِبْنِحَارِثَةوَاَيْمَنبْنِاُمِّاَيْمَنرضياللهعنهمرَافِعًاصَوْتَهُبِالتَّهْلِيْلِوَالتَّكْبِيْرِفَيَأْخُذُطَرِيْقَالْحدَادينحَتَّىيَأْتِيَالْمُصَلَّىوَإِذَافَرَغَرَجَعَعَلَىالْحِذَائيْنحَتَّىيَأْتِيَمَنْزِلَهُ

“Dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW berangkat pada hari raya beserta al-Fadll bin Abbas, Abdullah, Abbas, Ali, Ja’far, al-Hasan, Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, AymanIbn Ummu Aiman ra., sembari mengeraskan suara dengan membaca tahlil dan takbir, mengambil rute satu jalan hingga tiba di mushalla (tempat shalat), dan ketika mereka selesai shalat, mereka kembali melewati rute yang lainnya hingga tiba di kediamannya”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi didalam As-Sunanul Kubro)

3.Lafadz Takbir

Pada dasarnya, shighot / lafadz takbir ada berbagai macam dan _tidak ada aturan_ bahwa kita hanya boleh mengucapkan 1 jenis saja.

?Abdullah bin Mas’ud ra. memiliki 2 lafadz takbir,

yang pertama,

اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،لاَإِلَهَإِلاَّالله ُ،وَاللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُوللهِالْحَمْدُ

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Lâilâhaillallâh, Wallâhu Akbar, Allâhu Akbar, Wa lillâhilhamd. (dengan 2x takbir)

yang kedua,

اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،لاَإِلَهَإِلاَّالله ُ،اللَّهُأَكْبَرُوللهِالْحَمْدُ

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, Lâilâhaillallâh, Wallâhu Akbar, Allâhu Akbar, Wa lillâhilhamd. (dengan 3x takbir)

Hal ini bisa kita temukan dalam Kitab Hadits Mushonnaf karya Imam Ibnu Abi Syaibah.

Jadi, lucu kalau ada orang yang menyalahkan lafadz takbir 3x, karena katanya dhoif. Wong lafadz takbir 2x maupun 3x sama-sama diajarkan oleh Nabi dan jalur sanadnya sama. Huehehe.

?Ibnu Abbas ra. juga memiliki lafadz takbir dengan 3x takbir, ayo disimak

اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،وَلِلَّهالْحَمْدُ

اللَّهُأَكْبَرُوَأَجَلُّاللَّهُأَكْبَرُ،عَلَىمَاهَدَانَا

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, Wa lillâhilhamd. Allâhu akbar waajallullâhu akbar, ‘alâmâhadânâ (HR. Baihaqi) (dengan 3x takbir)

?Salman al Farisi ra. juga memiliki lafadz takbir dengan 3x takbir, ayo disimak lagi

اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُ،اللَّهُأَكْبَرُكَبِيْرًا

Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhuakbarukabîrâ (HR. Abdur Rozaq dalam Mushonnaf)

Jadi pada dasarnya, lafadz takbiran dengan 2x takbir maupun 3x takbir diperbolehkan.

Adapun yang menjadi umum di masyarakat Indonesia adalah dengan 3x takbir. Dalam kaidah dakwah disebutkan oleh para Ulama

المحافظةعلىالقديمالصالحوالأخدبالجديدالأصلح

Menjaga cara lama yang benar dan baik serta mengganti (cara lama) dengan cara baru yang lebih baik.

Sehingga apabila masyarakat sudah melakukan sesuatu yang benar, TIDAK PERLU DIRUBAH. Apalagi jika sesuatu tersebut sesuai dengan syariat Islam sesuai pemahaman para Sahabat dan Ulama Salaf.

Adapun mengenai tambahan kalimat takbir, menurut Imam Syafi’i dalam Al Umm bahwa takbir pada dasarnya adalah dzikir kepada Allah. Semakin lama kita berdzikir, semakin bagus. Semakin banyak kita berdzikir, semakin bagus. Termasuk didalamnya adalah penambahan lafadz takbir seperti

اللهُاكبَرْكبيْرًاوالحَمدُللهِكثِيرًاوَسُبحَانَاللهِبُكرَةًواَصِيلا, لاالهاِلااللهُولانعْبدُالاإيّاه, مُخلِصِينَلَهالدّيْن, وَلَوكَرِهَالكَافِرُون, وَلَوكرِهَالمُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَالمُشْرِكوْن, لاالهَاِلااللهوَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَعبْدَه, وَأعَزّجُندَهُوَهَزَمَالاحْزَابَوَاحْدَه, لاالٰهَاِلااللهوَاللهُاَكبر, اللهُاكبَرُوَِللهِالحَمْد

Allâhu akbar kabîrâ, wal hamdu lillâhikatsîrâ, wasubhânallâhibukrotawwaashîlâ. Lâilâhaillallâhuwalâna’buduillâiyyâhumukhlishînalahuddîn walau karihalmusyrikûn. Lâilâhaillallâhu wahdah, shadaqawa’dah, wanashara ‘abdah, waa’azzajundah, wahazamalahzâba wahdah. Lâilâhaillallâhuwallâhu akbar. Allâhu akbar walillâhilhamd.

واللهأعلمبالصواب