KALAM HIKMAH
Oleh Gus Ahmad Rifai
“Jangan cuma katanya” Untukmu yang menghukumi sesuatu hanya berdasarkan katanya. Silahkan simak kisah berikut ini.
Ibnul Mubarok, yang kelak menjadi ulama’ terkemuka datang ke kota Kufah, Irak untuk mengaji kepada Imam Abu Hanifah. Selang beberapa lama, ia kembali ke daerahnya.
Di daerah tersebut, terdapat seorang ulama besar, ia adalah Imam Al Auza’i, kemudian beliau bertanya kepada Ibnul Mubarok, “Darimana engkau wahai Ibnul Mubarok ?”
Ibnul Mubarok pun menjawab bahwa ia telah pulang dari belajar kepada Imam Abu Hanifah. Mendengar nama Imam Abu Hanifah, Imam Al Auza’i pun mukanya memerah dan berkata kepada Ibnul Mubarok, “Jauhilah Abu Hanifah, ia adalah pembuat bid’ah, sesungguhnya ia mendahulukan akal daripada dalil nash Al Quran dan Sunnah. Ia adalah orang yang sesat.”
Kita tahu, bahwa Imam Abu Hanifah dan Imam Al Auza’i adalah dua ulama yang hebat, keilmuan mereka diakui, dan pemikiran mereka merupakan jalan yang lurus.
Beberapa hari setelah itu, Ibnul Mubarok kembali ke Kufah dan menceritakan kejadian yang dialaminya ketika pulang ke daerahnya dan diberikan peringatan oleh Imam Al Auza’i.
Maka Imam Abu Hanifah pun menulis sebuah penjelasan tentang istidllal dalil pengambilan dalil dari Al Quran dan As Sunnah serta hubungannya dengan akal manusia. Uniknya, di bagian awal penjelasan, Imam Abu Hanifah menuliskan nama Nu’man. Dimana Nu’man adalah nama asli dari Imam Abu Hanifah yang sangat jarang diketahui oleh orang umum.
Maka kembalilah Ibnul Mubarok kepada Imam Al Auza’i sambil menggenggam kertas berisi penjelasan tersebut. Imam Al Auza’i yang ketika itu berada di mushola melihat kehadiran Ibnul Mubarok dengan kertas tersebut kemudian meminta kertas tersebut kemudian membacanya dengan seksama.
Dibacanya dari atas dengan terkagum-kagum atas penjelasan tersebut. Hingga adzan berkumandang, Imam Al Auza’i pun meletakkan kertas tersebut pada lengan baju beliau dan mengimami sholat. Setelah selesai sholat, Imam Al Auza’i mengambil kertas tersebut dan melanjutkan untuk membacanya.
Setelah selesai membaca, Al Auza’i bertanya kepada Ibnul Mubarok, “Siapa Nu’man itu?”
Ibnul Mubarok menjawab, “Ia adalah salah satu guruku.”
Imam Al Auza’i kemudian berkata, “Kalau begitu, teruslah engkau belajar dengannya, teruslah engkau mengambil ilmu darinya. Sesungguhnya Nu’man ini adalah ulama’ besar, pemikirannya sangat bagus, penjelasannya sangat hebat. Tidak seperti Abu Hanifah yang pemikirannya salah besar.”
Maka Ibnul Mubarok pun berkata, “Wahai Imam Al Auza’i, sesungguhnya Nu’man adalah nama asli dari Abu Hanifah. Dan tulisan yang engkau baca adalah tulisan darinya. Sungguh berarti engkau dan beliau memiliki pemikiran yang sama dan pemahaman yang sejalan. Sungguh jika diatas kertas tertulis nama ‘Abu Hanifah’ maka mungkin engkau akan merobek kertas tersebut.”
Oleh karena itu, marilah kita cari sumber yang valid untuk menilai sesuatu. Terkadang kita terlalu terburu-buru dalam menghukumi sesuatu, padahal kita tidak pernah bertemu langsung, mendengarnya langsung, atau bertanya langsung, hanya bermodalkan katanya.
Terkadang, di zaman yang seperti ini, no comment jauh lebih selamat dibanding kebanyakan comment
Cintai saudaramu❣