Dzikir Berjamaah Setelah Sholatitu BID’AH !!! Yakin???

Dzikir Berjamaah Setelah Sholatitu BID’AH !!!

Yakin???

Oleh : Buya Soni

Inilah doktrin kental yang selalu digembar gemborkan oleh orang yang ingin menjauhkan kita dari sunnah Nabi Muhammad.

Perkara sunnah yang seharusnya kita kejar dan rutin kita amalkan justru semakin dijauhkan dengan dalih “tak pernah dilakukan Nabi”

Yuk,buka pikiran, bersihkan hati, pahami❕

  1. Salah satu yang disunnahkan setelah sholat maktubah (sholat 5 waktu) adalah berdzikir.

Berikut beberapa dzikir yang secara létêrlêk dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

أَسْتَغْفِرُ اللهَ (3x)

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ

(HR. Muslim no. 591)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

(HR. Bukhori no. 844 dan Muslim no. 593)

سُبْحَانَ اللهِ (33 ×)

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ (33 ×)

اَللهُ أَكْبَرُ (33 ×)

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

(HR. Muslim no. 597)

— Tidak ada aturan khusus untuk berdzikir secara pelan ataupun berdzikir dengan keras (jahr).

Allah SWT. berfirman :

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

Lirihkanlah atau keraskanlah suaramu, sesungguhnya Ia Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. Al Mulk : 13)

  1. Bagaimana Dzikir-nya Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dijelaskan oleh para Sahabat ra. ?

أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – . وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ

“Mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat wajib telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku mengetahui bahwa shalat telah selesai karena aku mendengar bacaan dzikir tersebut.” (HR. Bukhari no. 805 dan Muslim no. 583)

Dalam riwayat lainnya disebutkan,

كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالتَّكْبِيرِ

“Kami dahulu mengetahui berakhirnya shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui suara takbir.” (HR. Bukhari no. 806 dan Muslim no. 583)

menunjukkan bahwa dzikir yang dilaksanakan oleh Nabi SAW bersama para sahabat setelah sholat dilaksanakan dengan mengeraskan suara hingga sahabat yang berhalangan hadir di masjid pun mendengarnya

Pendapat Para Ulama’

Ibnu Hazm. Beliau berkata,

ورفع الصوت بالتكبير إثر كل صلاة حسن

“Mengeraskan suara dengan bertakbir pada dzikir sesudah shalat adalah suatu amalan yang baik.” (Al Muhalla, juz 4 hal. 260)

Demikian juga pendapat Ath Thobari, beliau berkata,

فيه الإبانه عن صحة ما كان يفعله الأمراء من التكبير عقب الصلاة

“Hadits ini sebagai isyarat benarnya perbuatan para imam yang bertakbir setelah shalat.” (Fathul Bari, Syarh Shohih Bukhori juz 2 hal. 325)

Ibnu Daqiq al-Id, juga menyatakan hal yang sama,

فيه دليل على جواز الجهر بالذكر عقيب الصلاة والتكبير بخصوصه من جملة الذكر

Dalam hadits ini, terdapat dalil bolehnya mengeraskan dzikir setelah sholat, dan takbir secara khusus termasuk dalam kategori dzikir. (Ihkamul Ahkam, Syarah Umdatul Ahkam)

  1. Mengadakan perkumpulan untuk berdzikir merupakan anjuran Nabi Saw.

Bahkan berkumpul untuk berdzikir bersama, bukan hanya disunnahkan setiap ba’da sholat.

Simak sabda Nabi Saw. berikut ini

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

 “Dari Abi Hurairah ra dan Abi Said al-Khudri ra bahwa keduanya telah menyaksikan Nabi saw beliau bersabda: ‘Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat menyelimuti mereka, dan ketenangan hati turun kepada mereka, dan Allah menyebut (memuji) mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya” (H.R. Muslim)

Masih kurang ? Ditambahin lagi nih haditsnya

قَال رَسُوْلُ اللهِ ص : مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوْا يَذْكُرُوْنَ اللهَ لَا يُرِيْدُوْنَ بِذَالِكَ إلَّا وَجْهَهُ تَعَالَى إلَّا نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُوْمُوْأ مَغْفُوْرًا لَكُمْ

Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir dan tidak mengharap kecuali ridla Allah kecuali malaikat akan menyeru dari langit: Berdirilah kalian dalam keadaan terampuni dosa-dosa kalian. (HR. Thobroni)

Nih, shohih Bukhori Muslim

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: أَناَ عِنْدَ ظَنِّي عّبْدِي بِي وَأنَا مَعَهُ عِنْدَ ذَكَرَنِي، فَإنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرًا مِنْهُ –منقق عليه

Allah Ta’ala berfirman: Aku kuasa untuk berbuat seperti harapan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku senantiasa menjaganya dan memberinya taufiq serta pertolongan kepadanya jika ia menyebut nama-Ku. Jika ia menyebut nama-Ku dengan lirih, Aku akan memberinya pahala dan rahmat dengan sembunyi-sembunyi, dan jika ia menyebut-Ku secara berjamaah atau dengan suara keras maka Aku akan menyebutnya di kalangan malaikat yang mulia. (HR. Bukhori Muslim)

Tambahan

Pendapat Para Ustadz kenamaan kaum salafi (wahabi) tentang Dzikir Berjamaah setelah Sholat :

Ustadz Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin

وأما من قال: إن الجهر بذلك بدعة فقد أخطأ فكيف يكون الشيء المعهود في عهد النبي صلى الله عليه وسلم بدعة؟!

Adapun orang yang mengatakan bahwa mengeraskan dzikir setelah sholat adalah Bid’ah, maka ia telah salah/keliru. Bagaimana mungkin sesuatu yang terjadi di zaman Rosul saw. dikatakan sebagai perkara yang Bid’ah ? (Majmu’ Fatawa Ibn ‘Utsaimin)

Ustadz Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz

فهذا الحديث الصحيح وما جاء في معناه من حديث ابن الزبير والمغيرة بن شعبة رضي الله عنهما وغيرهما كلها تدل على شرعية رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة

Hadits yang shohih ini (Bukhori Muslim) dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya, seperti hadits riwayat Ibnuz Zubair, dan Al-Mughiroh bin Syu’bah ra., semuanya menunjukkan disyariatkannya mengeraskan dzikir ketika orang-orang selesai sholat wajib. (Majmu’ fatawa Bin Baz)

Fatwa Lajnah Daimah (Komisi Fatwa Kerajaan Arab Saudi)

يُشرَع رفع الصوت بالذكر بعد الصلاة المكتوبة، لما ثبت من حديث ابن عباس رضي الله عنهما قال: (إن رفع الصوت بالذكر حين ينصرف الناس من المكتوبة كان على عهد النبي صلى الله عليه وسلم) وأنه قال أيضا: (كنت أعلم إذا انصرفوا بذلك إذا سمعته) ولو وجد أناس يقضون الصلاة سواء كانوا أفرادا أو جماعات وذلك في جميع الصلوات الخمس المفروضة

Disyariatkan untuk mengeraskan dzikir setelah sholat wajib, karena adanya keterangan yang shohih dari hadits Ibnu Abbas -rodliallohu anhuma-, (ia mengatakan): “Sesungguhnya mengeraskan dzikir saat selesai dari sholat wajib, itu telah ada di masa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-“. Ibnu Abbas juga mengatakan: “Aku tahu selesainya sholat mereka itu, saat ku dengar (suara dzikir) itu”.

(Mengeraskan dzikir setelah sholat wajib tetap disunnahkan), meski ada orang-orang yang masih menyelesaikan sholatnya, baik mereka itu (menyelesaikan sholatnya secara) sendiri-sendiri atau dengan berjama’ah. Dan hal itu (yakni mengeraskan dzikir) disyariatkan pada semua sholat wajib yang lima waktu)

Anda tetap tak mau dzikir berjamaah setelah sholat, tak apa-apa, tak jadi soal.

Tapi kalau nuduh Bid’ah, ini yang ngajak ribut. Ayo, bijaklah, cerdaslah, pikniklah ke kitab2 hadits dan kitab2 para Ulama.

Apalagi jika ternyata amalan yang anda Bid’ahkan ternyata itu dilaksanakan oleh Nabi Saw. dan para sahabat, kan anda jadi maluuuuu.. hihihi…

Salam Piknik

Walloohu a’lam bis showaab.