Benarkah “Peringatan Nuzulul Quran” merupakan kegiatan yang berdosa ?

Benarkah “Peringatan Nuzulul Quran” merupakan kegiatan yang berdosa ?

Oleh Gus Ahmad Rifai

Jawaban :

  1. Tentang Bid’ah

– Rasulullah saw bersabda :

وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار

….. dan tiap bid’ah adalah sesat, dan tiap yang sesat tempatnya di neraka. (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasai)

– Apakah benar bahwa semua bid’ah itu sesat ?

Cara memahami hadits adalah dengan mengikuti ulama’ ahli nya.

Berikut pendapat ulama’ hadits

Imam Syafi’i berkata :

البدعة بدعتان : بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم

“Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah (yang terpuji) dan bid’ah madzmumah (yang tercela). Jika amalan tersebut sesuai dengan Sunnah, maka itu dikatakan amalan terpuji. Namun jika bertentangan dengan Sunnah, itu termasuk amalan tercela”

Imam Syafi’i juga berkata :

والمحدثات ضربان : ما أُحدِثَ مما يُخالف كتاباً ، أو سنةً ، أو أثراً ، أو إجماعاً ، فهذه البدعة الضلال ، وما أُحدِث مِنَ الخير ، لا خِلافَ فيه لواحدٍ مِنْ هذا ، وهذه محدثة غيرُ مذمومة

“Perkara yang muhdats (yang baru) itu ada dua macam, yaitu pertaka yang dibuat-buat dan menyelisihi Al Qur’an, As Sunnah, atsar (sahabat) dan ijma’, maka ini termasuk bid’ah dholalah (yang sesat). Sedangkan perkara yang masih dalam kebaikan yang tidak menyelisihi dalil-dalil tadi, maka itu bukanlah perkara baru (bid’ah) yang tercela”.

Hal ini berdasarkan pada :

Nabi Muhammad saw. bersabda :

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang membuat muhdats (sesuatu yang baru) dalam masalah (agama) kami ini yang bukan daripada agama maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga, apabila sesuatu yang “muhdats” (sesuatu yang baru) tersebut tidak bertentangan dengan agama, tapi justru sesuai dengan Quran dan Hadits, maka tidak tertolak.

Nabi Muhammad saw. bersabda :

من سن في الإسلام سنة حسنة كان له أجرها وأجر من عمل بها من بعده لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا

Barang siapa yang mencontohkan sesuatu yang baik, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala dari orang yang mengamalkan amalan tersebut setelahnya dan tidak mengurangi pahala mereka sama sekali. (HR. Muslim)

Sehingga, wadah/metode untuk mengamalkan sunnah merupakan sunnah sebagaimana sabda Nabi Muhammad diatas sebagaimana dalam kaidah fiqih

حكم الوسائل كحكم المقاصد

Hukum perantara seperti hukum asal tujuannya.

  1. Peringatan Nuzulul Quran bagian mananya yang bid’ah ? Karena sesungguhnya rangkaian dari acaranya adalah mengamalkan sunnah.

Tentang kegiatan Nuzulul Quran

– Pembacaan Al Quran

من قرأ حرفا من كتاب الله فله به حسنة، والحسنة بعشر أمثالها،

Barang siapa membaca satu huruf dalam Kitaballah (Al Quran) maka ia mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu bagaikan 10 kali kebaikan. (HR. Tirmidzi)

– Menuntut Ilmu

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

– Silaturahmi

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentang waktu peringatan nuzulul quran tanggal 17 Romadhon, kiranya tak perlu dipermasalahkan, karena Ulama’ pun menerangkan tentang hal ini diturunkannya Al Quran tanggal 17 Romadhon berdasarkan :

إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemulyaan (lailatul qadar). (QS. Al Qadr : 1)

Lailatul Qadr tentunya berada di bulan Romadhon

إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (QS. Ad Dukhon : 3)

– Allah menurunkan al-Quran sekaligus dari Lauh Mahfudz ke baitul izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/441)

– Al-Anfal ayat 41

….وَمَا أَنزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ……

“….. yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) dihari Furqaan, yaitu dihari bertemunya dua pasukan…”.

– “Furqaan” ialah pemisah antara yang haq dan yang batil. Yang dimaksud dengan hari Al-Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan Badar, pada hari Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijrah.

– Imam Abu Ja’far at Thobari (224-310 H) dalam Tafsirnya, Jamiul Bayan juz 13 hal 562 meriwayatkan sebagai berikut:

حدثنا ابن حميد قال، حدثنا يحيى بن واضح قال، حدثني يحيى بن يعقوب أبو طالب، عن أبي عون محمد بن عبيد الله الثقفي، عن أبي عبد الرحمن السلمي، عبد الله بن حبيب قال: قال الحسن بن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: كانت ليلة “الفرقان يوم التقى الجمعان”، لسبع عشرة من شهر رمضان

Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib berkata : malam Furqaan hari bertemunya dua pasukan pada 17 bulan Ramadhan.”

– Al Hafidh Ibnu Katsir dalam kitab Al Bidayah wa An Nihayah (3/11) meriwayatkan sebagai berikut :

وروى الواقدي بسنده عن أبي جعفر الباقر أنه قال: كان ابتداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الاثنين، لسبع عشرة ليلة خلت من رمضان وقيل في الرابع والعشرين منه

“…..dari Abi Ja’far al Baqir, beliau berkata: “Adalah permulaan wahyu kepada Rasulullah saw. pada hari Senin 17 Ramadhan, pendapat yang lain adalah 24 Ramadhan .”

Maka, kegiatan semacam ini TIDAK HARUS tepat dilaksanakan pada malam 17 Romadhon, tapi juga diperbolehkan di malam-malam yang lain.

Jika wadah yang semacam ini dikatakan berdosa, maka bagaimana dengan pengajian ahad pagi ? Pernahkah Nabi Muhammad melaksanakannya ?

– Bagaimana dengan Halal Bihalal atau Liqo’ Syawal ? Apakah Nabi Muhammad pernah memerintahkannya ?

– Bagaimana dengan kajian rutin mingguan, bulanan ? Apakah Nabi Muhammad pernah mencontohkannya ?

Maka, dalam permasalahan ini yang dihukumi bukan “wadah”nya, akan tetapi “isi”nya.

Kesimpulannya :

Tidak ada perkara yang salah dalam kegiatan Nuzulul Quran, justru dalam acara ini isinya adalah mengamalkan sunnah Nabi Muhammad saw bahkan ini termasuk salahsatu dari Syiar Agama Islam sebagaimana Allah swt. berfirman :

وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

Dan barangsiapa yang mengagungkan syiar Allah, maka itu termasuk dari ketaqwaan hati. (QS. Al Hajj : 32)

Wallahu a’lam bis showab